Sumber: republika.co.id |
Dalam sila pertama Pancasila dituliskan “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Sementara dalam Pembukaan UUD 1945, tepatnya pada alinea ke-3 tertulis “Tuhan Yang
Maha Kuasa”.
Penulisan “Maha” dalam sila pertama Pancasila maupun alinea ke-3 Pembukaan UUD 1945
termasuk ke dalam pengecualian.
Lokasi: Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, Bogor (Foto: @dwi_klarasari) |
Selain pengecualian
tersebut, menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) ada 2 cara penulisan "maha" sebagaimana berikut.
- Penulisannya dipisah jika diikuti oleh kata turunan atau kata berimbuhan; dan dipakai huruf kapital bila mengacu pada nama atau sifat Tuhan. Contoh: Maha Pengasih; Maha Pengampun; dan Maha Pemurah.
- Penulisannya dirangkai jika diikuti kata dasar (kecuali 'esa') dan ditulis kapital untuk nama atau sifat Tuhan. Contoh: Tuhan Maha Esa, Mahakuasa, dan Mahakasih; mahasiswa/mahasiswi; maharupa; mahaguru; mahapatih; dan maharesi.
Untuk lebih jelas,
silakan merujuk pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) daring pada
tautan ini.
Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken
Depok, 6 Juni 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar