Minggu, 28 Juni 2020

Asyiknya Memasak dengan Bantuan ‘Yummy App’


Sumber gambar Yummy App: www.idntimes.com 

Ketika pandemi Covid-19 merebak, #DiRumahAja merupakan pilihan terbaik demi mengurangi penyebaran virus tak kasat mata itu. Minggu-minggu pertama serasa liburan, bahkan ada gejala enggan belanja dan memasak. Makanan lebih banyak pesan lewat aplikasi daring. 

Namun, lebih dari dua bulan tinggal di rumah ternyata menimbulkan kejenuhan. Seorang pekerja lepas seperti saya yang banyak tinggal di rumah pun merasa bosan, apalagi mereka yang sering bepergian. Bagaimana dengan teman-teman?

Beruntung, belakangan saya temukan kegiatan baru yang menggugah semangat, yaitu memasak. Saya putuskan untuk memasak semua makanan maupun camilan yang biasanya dibeli. Alasan utama adalah demi penghematan karena selama pandemi pendapatan juga cenderung menurun. Alasan lain yang tak kalah penting adalah demi menghalau kebosanan sekaligus mengasah keterampilan.

Walaupun bukan jago masak, saya suka mencoba resep baru. Karena itulah, saya instal aplikasi khusus masak-memasak di ponsel. Salah satunya aplikasi resep masakan Yummy App yang memilliki tagline “Berbagi Resep dan Cari Inspirasi Masakan”. Yummy App memuat ribuan resep masakan, makanan, kue dan camilan, juga aneka minuman. Tidak hanya resep masakan Indonesia, tetapi juga resep mancanegara seperti Italia, Korea, India, dan lain-lain. Tepat untuk mendukung antusiasme saya! 

Sumber gambar: blog Yummy App 
Aplikasi ini relatif praktis serta mudah sekali digunakan sehingga sangat membantu bahkan untuk para amatir seperti saya. Mana gratis lagi! Artinya, untuk mengakses semua konten kita tidak perlu berlangganan. Tingkat keberhasilan resep pun relatif tinggi alias antigagal! Bagaimana tidak, konon resep di Yummy App telah dikurasi oleh para chef handal.

Selain itu, ada sejumlah kelebihan Yummy App yang saya sukai. Pertama, resep memasak bisa dipilih berdasarkan bahan yang ada di kulkas. Kedua, resep yang disajikan relatif simpel dan mudah dicoba hanya dalam lima langkah. Ketiga, resep masakan bisa dipilih sesuai anggaran atau porsi yang diinginkan. Yuk, simak pengalaman saya!

Pilih Resep Berdasarkan Bahan di Kulkas       

Seperti kebanyakan orang, sering kali saya suka menyimpan sayuran atau bahan mentah sebagai stok tanpa berpikir akan dimasak apa. Asal ada stok di kulkas rasanya sudah tenang! Terlebih selama masa pandemi ketika tidak bebas berbelanja setiap hari karena enggan melalui berbagai protokol. 

Namun, banyaknya persediaan sayuran dan bahan mentah kadang justru membuat bingung. Kelemahan memadupadankan bahan berpotensi menghasilkan masakan yang monoton. Bosan, kan?

Dengan Yummy App saya tidak perlu lagi galau karena bisa memilih resep dengan menyebutkan bahan yang ada. Caranya, saat membuka aplikasi Yummy di ponsel saya masuk ke menu “Masak” yang terdapat di bagian bawah. Saat diklik akan muncul pertanyaan ‘di kulkas ada apa?’ 

Nah, saya cukup menyebut minimal dua macam bahan. Tersedia daftar A-Z aneka sayur, buah, dan bahan lain. Misalnya, baby corn dan bakso. Selanjutnya klik tombol “Terapkan” dan taraaa...  terbukalah sejumlah resep masakan dengan bahan dasar seperti yang telah disebut. Lihat deh, ada resep Cap Jay Bakso, Capcay Kuah, Sop Sehat, dan sebagainya. Saya tinggal pilih mana yang paling sesuai selera.
Tangkapan layar Yummy App. saat menunjuk 2 bahan dari kulkas 
 
Tangkapan layar Yummy App. resep hasil pencarian berdasarkan 2 bahan yang disebut

Hanya Lima Langkah dan Mudah Dipraktikkan

Seperti halnya kebanyakan resep di internet, semua resep di Yummy App juga dilengkapi daftar bahan dan cara memasak beserta foto-foto penunjang. Namun, ada satu lagi keistimewaan aplikasi Yummy, yaitu “cara memasakpada setiap resep disajikan hanya dalam lima langkah. Setiap langkah dilengkapi keterangan dan foto sebagai penjelas.

Selain tahapan simpel lima langkah, setiap resep juga dilengkapi prakiraan waktu memasak. Misalnya, memasak Bistik Lidah perlu 30 menit; Roll Cake Bougat perlu 90 menit; dan membuat Es Gulas Nano perlu 15 menit. Artinya, kita bisa memilih resep sesuai dengan waktu yang kita miliki.    
Sejumlah resep dengan prakiraan waktu di Yummy App.

Oya, selama masa pandemi covid-19 ini, saya dan banyak ibu rumah tangga sibuk mencari informasi cara membuat beragam camilan dan minuman penjaga imunitas. Wow, ternyata Yummy App pun sudah menyediakan kategori tersebut.

Ada resep Wedang Jahe, Minuman Rempah, Healthy Mix Juice, dan banyak lagi. Para bunda yang memiliki bayi dan balita pun boleh bersukacita. Pasalnya di Yummy App para bunda juga dapat menemukan masakan untuk sang buah hati. Semua resep disajikan dalam lima langkah.

Pilih Resep Sesuai Anggaran

Aplikasi Yummy sangat membantu dalam menerapkan hitungan porsi dan anggaran untuk merealisasikan sebuah resep. Habis gajian ataupun tanggal tua nih, membuat masakan lezat bukan halangan! Kok bisa? 

Tentu saja bisa, karena saat hendak memilih resep kita dapat mengaktifkan "Filter Resep". Ada tiga jenis filter yang dapat diatur sesuai keinginan, yaitu filter "Harga" atau anggaran; "Durasi Memasak"; dan "Porsi".
Tangkapan layar "Filter Resep" di Yummy App.

Kita dapat mengaktifkan salah satu filter saja, tetapi sekaligus ketiganya juga bisa. Sebagai contoh, setelah menyebut bahan saya bisa mengatur filter anggaran pada angka Rp10.000-Rp100.000; durasi memasak 30-60 menit; dan porsi untuk 7 orang. Setelah diterapkan, akan tersaji aneka resep yang mendekati prakiraan tersebut. Saya bisa pilih yang paling sesuai dengan kantong dan selera.

Satu keunikan dari Yummy App adalah kepedulian pada keterbatasan anak kos. Lihat saja, ada kategori “Menu Anak Kost” yang rata-rata berbiaya minim, cukup simpel dan tidak memerlukan banyak alat masak. Bahkan filter harga pun bisa diatur untuk masakan senilai Rp10.000. Keren, ya?  


Belajar dan Berbagi Resep

Demikian tadi pengalaman memasak yang mengasyikkan dengan aplikasi Yummy. Ribuan resep siap membantu saya berkreasi dan mendorong untuk lebih terampil memasak. Di aplikasi ini ada akun official (chef Yummy) berisi chef ternama Indonesia, seperti Chef Arnorld Poernomo juga sejumlah chef berbakat seperti Chef Gilang, Chef Nunu, dan banyak lagi. Oya, di aplikasi Yummy kita juga bisa berkomunitas, saling belajar dan berbagi resep.

Akun Chef Arnold dan sejumlah chef berbakat di Yummy App. 
Tangkapan layar resep akun Chef Arnold Poernomo di Yummy App. 

Siapa pun boleh bergabung dengan komunitas Yummy dan selanjutnya dapat mengunggah resep yang sudah pernah dipraktikkan. Uniknya, resep yang berhasil diterbitkan akan mendapat uang sebesar Rp10.000 atau setara dengan 100 Yummy Point. Asyiknya!  

Alih-alih cuma kepo pada Instagram Yummy App (@yummy.idn), saya sudah membuat akun di Yummy App dengan nama Chef Klaning. Baru menandai resep-resep favorit sih! Namun, dalam benak sudah tebersit keinginan untuk bisa mengunggah resep kreasi saya sehari-hari. 

Oleh karena itu, saya sudah bertekad mulai sekarang sambil memasak akan mengingat untuk memotret setiap langkahnya. Sudah terbayang bakal jadi pengalaman seru. Harapannya juga bisa menambah penghasilan! 



Tunggu apa lagi? Yuk teman-teman, segera unduh Yummy App di sini dan bergabung dalam komunitas! Dengan Yummy App dalam genggaman, tidak ada lagi istilah mati gaya saat berada di dapur.

Salam kuliner!

Depok, 27 Juni 2020

Jumat, 19 Juni 2020

Dari Rumah Saudara


Foto by Thangpan, Pixabay

Saya lupa kapan persisnya terjadi. Namun, bila melihat sosok lansia tengah membayar ongkos angkutan kota (angkot) tanpa sadar sering kali saya mengulum senyum karena teringat kejadian tersebut.

Ketika itu saya ada dalam satu mikrolet dengan seorang ibu yang berusia sekitar 60-an. Ibu tersebut turun lebih dahulu. Segera setelah turun dia berjalan ke pintu depan dan lewat jendela mengangsurkan selembar puluhan ribu kepada sopir. 

"Dari mana Bu?" tanya si sopir ramah, sebelum memberi uang kembalian.

"Oh... dari rumah saudara saya, Nak!" jawab si ibu dengan semringah dan nada bicaranya penuh penghargaan. 

Di kota metropolitan sudah sedikit orang asing yang bersedia memberi perhatian lebih kepada lansia. Mungkin demikian yang terlintas dalam benak si ibu sebelum memberikan jawaban. Namun, si sopir justru menepuk jidatnya seraya tersenyum, dan saya yang menyimak pun jadi ikut tersenyum.

"Ibu bercanda ya? Maksud saya, ibu tadi naiknya dari mana? Biar saya tahu berapa harus kasih uang kembalian!" jawab si sopir dengan sabar.

Seraya menyebut nama sebuah halte, terlihat si ibu menutup bibirnya yang menahan tawa. Mungkin dia tersadar, gegara tidak fokus jadi ke-GR-an. 


Depok, Juni 2020

NOTE:
Tulisan ini juga saya tayangkan di blog kompasiana saya Dwi Klarasari

Kamis, 04 Juni 2020

Jejak Cinta: Perjalanan Ursulin Merintis Pendidikan Putri di Jawa Abad ke-19

Jejak Cinta karya Connie Lianto

Judul Buku          : Jejak Cinta
Penulis                : Connie Lianto
Editor                  : Dwi Klarasari
Penata Letak       : dueaksara
Desain Kover      : F. Selviana Kaesnube
Penerbit               : KosaKataKita, Jakarta
Halaman              : xxxii + 272, 14,8 cm x 21 cm
ISBN                   : 978-623-7430-30-8
Cetakan Pertama : Februari 2020
Cetakan Kedua (dengan revisi): Mei 2020


Dalam buku Jejak Cinta saya terutama berperan sebagai editor (full editing).
Keputusan penulis memilih saya sebagai editor dalam penyusunan buku perdana-nya ini dipaparkan dalam testimoni singkat di akun youtube connie lianto

Jejak Cinta adalah buku bergenre sejarah yang sangat menarik karena paparan dibuat dengan mengedepankan sisi human interest. Selain itu narasinya pun tidak terasa berat, bahkan cenderung mengajak pembaca untuk lebur dalam situasi pada masa abad ke-19 saat peristiwa terjadi. Suguhan kisah-kisah heroik para pionir, sisi individual sejumlah tokoh, dan perjuangan para pionir Ursulin dipadukan dengan situasi dan kondisi pendidikan, sosial ekonomi, dan pemerintahan pada zaman kolonial Belanda. Perkembangan kota dan keindahan arsitektur pada masa itu pun tidak luput dari perhatian bahkan sengaja disertakan untuk memberikan gambaran lebih riil dari zaman itu.

Buku ini ditulis dengan riset mendalam, bahkan penulis juga menyambangi situs-situs sejarah dan museum terkait. Bukan saja situs-situs penting yang ada di wilayah Indonesia, terutama Batavia (Jakarta), Soerabaia, dan Malang, tetapi juga yang ada di Eropa, khususnya di kota Sittard, Belanda, dari mana para pionir Ursulin berasal.

Menyunting naskah "Jejak Cinta" meninggalkan kesan yang sungguh dalam. Sejak proses review naskah hingga penyuntingan saya berkomitmen untuk menyediakan diri masuk secara total dengan situasi, tokoh, alur, dan alur kisah di dalamnya. Meskipun cukup menguras energi, tetapi bagi saya pengalaman itu sangat menyenangkan. Saya bukan sekadar menyunting naskah sejarah yang hanya saya bayangkan, tetapi saya serasa masuk dan ada bersama para tokoh di Batavia ataupun Hindia Belanda pada zaman itu. Peleburan diri dan rasa empati tersebut memudahkan saya dalam melakukan proses penyuntingan naskah sejarah yang ingin mengedepankan sisi human interest. 

Oya, dalam perjalanannya saya juga membantu penulis untuk merealisasikan penerbitan buku ini secara mandiri (self publishing). Artinya, penulis membayar sendiri seluruh biaya cetak dan distribusi buku ini. Saya membantu penulis menyediakan desainer kover dan penata letak yang membantu melakukan proses pra-cetak. Saya juga bertanggung jawab untuk menemukan dan mengontak penerbit (sekaligus percetakan) yang sesuai. Setelah penerbit mendapatkan ISBN dari Perpustakaan Nasional, saya pun bertanggung jawab untuk segera memesan pencetakan sejumlah eksemplar yang diinginkan penulis dengan sistem POD (Print on Demand). Mendekati hari dan setelah buku terbit, saya pun membantu melakukan promosi/pemasaran lewat media sosial saya.

Dalam obrolan virtual dengan seorang teman youtuber (ybualways Channel) terkait pekerjaan selama masa pandemi covid-19, saya sempat juga berbagi cerita proses penyuntingan buku Jejak Cinta.   

Pemasaran buku self publishing ini tetap menjadi hak dan tanggung jawab penulis.
Nah, jika berminat untuk membaca dan memiliki Jejak Cinta, teman-teman dapat langsung menghubungi penulisnya melalui beberapa akun media sosialnya berikut.

Facebook: Indies Loner
Instagram: @connielianto

Salam Literasi!

Depok, 4 Juni 2020