Foto by Thangpan, Pixabay |
Saya
lupa kapan persisnya terjadi. Namun, bila melihat sosok lansia tengah membayar ongkos
angkutan kota (angkot) tanpa sadar sering kali saya mengulum senyum karena
teringat kejadian tersebut.
Ketika
itu saya ada dalam satu mikrolet dengan seorang ibu yang berusia sekitar 60-an.
Ibu tersebut turun lebih dahulu. Segera setelah turun dia berjalan ke pintu
depan dan lewat jendela mengangsurkan selembar puluhan ribu kepada sopir.
"Dari
mana Bu?" tanya si sopir ramah, sebelum memberi uang kembalian.
"Oh...
dari rumah saudara saya, Nak!" jawab si ibu dengan semringah dan nada
bicaranya penuh penghargaan.
Di kota metropolitan
sudah sedikit orang asing yang bersedia memberi perhatian lebih kepada lansia.
Mungkin demikian yang terlintas dalam benak si ibu sebelum memberikan jawaban.
Namun, si sopir justru menepuk jidatnya seraya tersenyum, dan saya yang
menyimak pun jadi ikut tersenyum.
"Ibu
bercanda ya? Maksud saya, ibu tadi naiknya dari mana? Biar saya tahu berapa
harus kasih uang kembalian!" jawab si sopir dengan sabar.
Seraya
menyebut nama sebuah halte, terlihat si ibu menutup bibirnya yang menahan tawa.
Mungkin dia tersadar, gegara tidak fokus jadi ke-GR-an.
Depok, Juni 2020
NOTE:
Tulisan ini juga saya tayangkan di blog kompasiana saya Dwi Klarasari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar