Jumat, 11 Februari 2011

Suara dari Hati

Lentera Jiwaku
(by: Nugie)

Lama sudah kumencari
Apa yang hendak kulakukan
Segala titik kujelajahi
Tiada satupun kumengerti
Sesatkah aku
Sisa muda hidup
Yang kubaca
Terkadang tak mudah kucerna
Bunga-bunga dan rerumputan
Bilakah kau tahu jawabnya
Inikah jalanku
Inikah takdirku
Biarkan kumengikuti suara dalam hati
Yang slalu membunyikan cinta
Kupercaya dan kuyakini murninya nurani
Menjadi penunjuk jalanku
Lentera jiwaku
Ooo…yeiyeeee

Reff
Kubiarkan kumengikuti suara dalam hati
Yang slalu membunyikan cinta
Kupercaya dan kuyakini
Murninya nurani
Menjadi penunjuk jalanku
Lentera jiwaku

Itulah syair lagu lawas milik Nugie, yang pertama kali kudengar saat nonton acara Kick Andy (entah kapan!). Namun, aku ingat dalam sesi tersebut Andy F. Noya mengundang beberapa narasumber yang berani mendengar suara hatinya untuk melangkah.

Termasuk Bung Andy sendiri menceritakan bagaimana dia mengambil keputusan untuk meninggalkan Metro TV saat karirnya sedang menanjak. Dari segala buku-buku yang menginspirasi hingga kesaksiannya, saya sangat terkesan dengan suatu statement berikut: 'jangan sesekali merasa nyaman berada di suatu tempat hingga lupa mengembangkan diri untuk menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih besar.
Ah, mungkin saya hanya mencari-cari teman seperasaan, mulanya begitu saya berpikir. Namun, dari waktu ke waktu saya terus merenungkan hingga lahir sebuah keputusan dan keyakinan. Tentu lebih dari itu adalah kesiapan mental untuk mulai dari nol, dari bawah, seolah tanpa peran.

Beranikah saya terjun bebas dari kehidupan teratur tanpa kekhawatiran, namun berujung ketenteraman hati. Ataukah tetap duduk dalam kenyamanan materi dengan kompensasi hidup dalam ketidakbenaran dan ketidakadilan di sekitarku? Seperti kata Nugie dalam syairnya, aku bahkan selalu bertanya, mungkinkah ini sebuah bunuh diri, benarkah ini jalanku, apakah ini takdirku, dan seterusnya.

Namun setelah melalui doa dan permenungan panjang, kudengarkan suara hatiku, aku pun berani mengambil langkah. Akhirnya aku pergi dari tempat "nyaman" namun penuh bara api, untuk menginjakkan kaki-kakiku pada kerikil tajam dalam bejana yang menyejukkan. Suara hatiku lentera jiwaku. Semoga Tuhan memberkati.

Februari, 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar