Judul Buku : The_Educatorship –
Seni
Memanusiakan Wajah Pendidikan
Penulis : FX Aris Wahyu
Prasetyo
Penerbit : Penerbit PT
Kanisius
Cetakan : I, 2016
Tebal : 216 halaman
ISBN : 978-979-21-4887-9
Tak bisa
dimungkiri bahwa tanpa disadari guru sering terjebak sekadar mentransfer
pengetahuan pada anak didik. Desain pembelajaran, misalnya, tidak disesuaikan
dengan kebutuhan anak didik, namun dibuat menurut kepentingan guru (metode
pengajaran yang disukai, cara penilaian yang tidak merepotkan, dll.). Padahal
semestinya, pembelajaran adalah untuk anak bukan untuk guru (hal 12-16).
Demikianlah swa-kritik yang terbangun dari refleksi penulis dalam pergulatannya
sebagai guru Sekolah Menengah Atas.
Refleksi di atas
hanyalah satu dari 37 topik dalam buku #The_Educatorship – Seni
Memanusiakan Wajah Pendidikan, di mana penulis menguraikan serta
merefleksikan roh pendidikan, yaitu pendidik dan semangat kependidikannya.
Melalui buku ini penulis ingin pengalamannya dapat menginspirasi rekan-rekan
guru untuk tidak sekadar menjadi pengajar (teacher) namun terlebih
sebagai pendidik (educator). Bahwa lewat proses pembelajaran yang
dirancang secara tepat, guru akan menampilkan wajah pendidikan yang lebih
humanis. Dengan keyakinan memanusiakan manusia dalam dunia pendidikan, penulis
menyebarkan semangat kependidikannya. Menurutnya, menjadi guru bisa jadi sebuah
profesi, namun menjadi guru sebagai pendidik pastinya sebuah seni. Ia mengajak
para guru memainkan seni kehidupan demi menyelamatkan pendidikan di negara ini
(hal 9).
Buku setebal 216
halaman ini membagikan model pembelajaran yang berfokus pada anak didik, yang
dirancang secara kreatif, inovatif, variatif, juga menyentuh hati. Alhasil
belajar menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan bagi siswa. Untuk memahami
materi, ada kalanya siswa diajak menonton televisi atau menonton film. Di lain
waktu mereka diajak bernyanyi, bermain drama; berdebat atau bermusyawarah;
berimajinasi; melakukan penelitian/eksplorasi; membuat film, membuat pameran,
menulis dan menerbitkan koran; dan sebagainya. Metode belajar demikian membuat
siswa jauh lebih antusias, terlebih bila dibandingkan dengan mendengarkan ceramah
guru terus-menerus, yang cenderung membosankan.
Selain
menggairahkan, model belajar yang ditawarkan juga berupaya mengembangkan aspek
kemanusiaan siswa secara lebih menyeluruh. Bukan hanya aspek intelektual, namun
juga sosial, moral, spriritual, afeksi, dll. Misalnya, bagaimana menjadi
manusia berbudaya (hal 23-27); memiliki sikap menghargai karya orang lain (hal
28-33), sikap bertanggung jawab (hal 34-38), dan sikap peduli pada sesama
(hal 39-44); menyadari makna keluarga (hal 147-151); peduli pada lingkungan
tempat tinggalnya (hal 186-190); dan sebagainya. Hal menonjol dari model
belajar dalam #The_Educatorship adalah ajakan bagi siswa untuk melakukan
refleksi untuk menemukan makna dan kegunaan materi serta proses belajar yang
telah dilakukan. Sebagai contoh, pada akhir bab (#The_Educatorship37, hal
186-190) ditampilkan tulisan hasil refleksi siswa yang menggambarkan betapa ia
menikmati pembelajaran.
Secara
keseluruhan buku ini bukan saja berguna bagi guru, namun juga bagi orang tua,
keluarga dan masyarakat luas sebagai elemen yang harus bersinergi dengan
institusi sekolah demi keberhasilan pendidikan anak. Dengan tegas dinyatakan
bahwa ‘salah besar’, jika saat berada di sekolah anak menjadi tanggung jawab
sekolah, dan saat di rumah menjadi tanggung jawab keluarga. Sudah saatnya
pendampingan anak menjadi tanggung jawab sinergis antara keluarga dan sekolah
(hal 191).
#The_Educatorship
– Seni Memanusiakan Wajah Pendidikan ini, bahkan dapat menjadi kritik
membangun bagi dunia pendidikan kita yang masih diliputi kegamangan terkait
model pendidikan ideal. Anak-anak perlu dibiarkan belajar dalam kelenturan
badan, kedinamisan otak, kelembutan hati dan kepedulian sikap; bukan sekadar
‘Datang, Duduk, Dengar, Dapat (4D)’ dengan segudang materi pelajaran dan dalam
situasi kelas yang memasung, sebagaimana fakta dalam pendidikan kita (hal 161).
Demikianlah salah satu konsep yang ditawarkan di antara banyak konsep lain yang
bersifat positif dan berperan meningkatkan sistem pendidikan di Indonesia.
Depok, 30
November 2016