Selasa, 20 Januari 2009

Atasi Masalah Tanpa Masalah dalam Tuhan

Bersama Paklik Atul tercinta di Madiun (Foto: @widhi_three)

Sebuah posting di blog sepupuku Yaved di http://bagi-hidup.blogspot.com/ (Mengatasi Masalah), berhasil menyentilku. Hidup tanpa masalah memang tidak mungkin. Without problems you are a death body, begitu kata seorang bijak. Namun kuakui, aku sering lancang berpikir bahwa orang lain tidak memiliki masalah seberat masalahku. Bahkan sering kukira Tuhan di atas sana hanya berkonsentrasi menguji kekuatanku seorang.

Bagaimana tidak? Sementara aku bingung membuat alokasi gaji yang tidak seberapa untuk begitu banyak kebutuhan, temanku asyik pamer aksesori yang baru dibelinya. Berbagai barang baru tiba ke rumah tetangga-tetanggaku silih berganti. Hari ini ada kiriman sofa baru ke rumah tetangga sebelah kanan. Esok hari tetangga kiri membeli perabot baru lain. Belum berapa lama datang kiriman motor baru ke rumah tetangga lain.

Sementara aku sibuk memikirkan kapan jodohku tiba, temenku bercerita kalau dia baru saja berhasil menggaet pacar baru. Lalu, temanku yang lain bilang sudah bosan dengan suaminya (seperti bosan dengan baju lamanya) dan ingin segera bercerai lalu cari ganti. Teman lain lagi selalu sumringah bercerita tentang akhir pekan bersama keluarganya dan selalu riang menceritakan kelucuan anak-anaknya.

Kenyataan itu sering membuatku merasa iri dan mengira hanya aku yang menanggung beban masalah hidup. Namun… sering kali aku dikejutkan oleh kenyataan yang membuatku tersadar bahwa masih banyak orang lain dengan masalah lebih berat dariku. Bahkan teman-temanku yang kukira bahagia pun ternyata menyimpan masalah pelik. Seandainya ada di posisi mereka belum tentu juga aku sanggup menjalaninya.

Aku sering tercekat setiap kali melihat anak jalanan mengamen dan menawarkan jasanya di persimpangan jalan. Membayangkan kesanggupan mereka bertahan hidup dalam kerasnya metropolitan. Mereka tidak mengalami masa kanak-kanak yang seharusnya. Bagaimana aku tidak bersyukur? Aku lahir dalam sebuah keluarga yang meski sederhana telah mampu menghidupiku hingga aku mandiri. Aku menikmati masa kecilku, bersekolah tanpa beban, bermain dengan riang, … .

Seorang kenalan memiliki 4 anak dari 3 suami. Anak pertama entah ke mana bapaknya. Anak kedua juga tak pernah bertemu bapaknya. Anak ke-3 dan ke-4 masih beruntung bisa bertemu bapaknya meski tidak seharian bersamanya. Maklum, ternyata kenalanku itu berstatus istri muda. Dia yang tidak bekerja, bersama ketiga anaknya terakhir (anak dari suami pertama ikut neneknya) hanya disewakan sebuah rumah petak. Dia sering dikejar2 tukang kredit. Satu di antara anaknya yang belum genap lima tahun sudah bisa bercerita Bapaknya suka melayangkan tangan dan menyakiti Ibunya bila datang ke rumah. Bagaimana aku tidak bersyukur? Aku memiliki keluarga yang utuh dan menyayangiku.

Seorang teman yang selalu gembira yang kukira sehat kuat, ternyata tengah menghadapi sakit berat. Lalu terakhir bertelepon dia cerita bahwa rahimnya telah diangkat. Bagaimana aku tidak bersyukur bahwa sakit2 yang kualami tidak seberat itu.

Kenalan yang kukira bahagia setelah menikahi pria impiannya dan membuatku iri, ternyata sedang bersiap mengajukan pembatalan pernikahan. Ternyata dia menikahi orang yang salah secara jasmani dan rohani. Lalu, mengapa aku tidak bersyukur?

Jadi, aku sangat setuju dengan tulisan Yaved. Kita memang harus berbahagia dengan masalah yang kita hadapi. Bila selalu melihat ke atas memang kita akan merasa bahwa masalah kitalah yang terberat. Kita perlu sering melihat ke bawah… di mana banyak orang memiliki masalah yang jauh lebih berat dari masalah yang kita hadapi.

Dan saat menghadapi masalah ingatlah hanya untuk datang padaNya. Datanglah padaNya untuk mengatasi segala masalah, niscaya segala masalah akan teratasi tanpa menimbulkan masalah baru. Karena hanya Dialah solusi dari segala masalah. Bersujud dan mohon seraya bersyukur, berpikir positif, dan memiliki keyakinan teguh.
1.    Bersyukur, karena masalah membawa kita untuk lebih mengerti rencana Tuhan.
2.    Berpikir positif, karena masalah yang kita hadapi pasti akan membawa kepada kebaikan
3.    Keyakinan, yaitu percaya bahwa kita bisa menghadapinya karena Allah penolong kita.


Kalimalang, 20 Januari 2009

PS:
Jadi, slogan pegadaian “Mengatasi Masalah tanpa Masalah” kiranya dapat diterapkan dalam menanggapi masalah dalam kehidupan ini.

1 komentar:

  1. Thanks buat sharingnya..
    Ak nulis ini ketika ak menghadapi masalah yg terberat buat keluargaku. Seiring berjalannya waktu ak diajar sendiri sama Tuhan.. Dan belajar utk mengerti rencana Tuhan dalam hidupku.
    God Bless..

    BalasHapus