Kamis, 06 Mei 2010

Kata Iklan di Media Cantik itu Indo? Sebuah Introspeksi bagi Wanita Timur

Foto by @widhi_three

Cantik itu Indo.
Cantik itu putih.

Dua kalimat itu kutemukan dalam buku karangan seorang sahabat, Vissia Ita Yulianto  bertajuk Pesona ‘Barat’ Analisa Kritis-Historis Tentang Kesadaran Warna Kulit di Indonesia. Kalimat itu sangat berkesan dan menggugahku sebagai wanita yang dilahirkan sebagai bagian manusia dengan ras kulit cenderung sawo matang.

Kini, dalam kenyataannya di negeri Indonesia tercinta sudah semakin sedikit kaum perempuan yang bangga dengan warna kulit “sawo matang”. Image “cantik = Indo dan cantik = putih” lah yang saat ini ada dalam benak sebagian besar perempuan Indonesia (kalau tidak bisa dikatakan semua). 

Alhasil, perempuan yang lahir dengan kulit sawo matang khas ras mongoloid di negeriku, kini berlomba-lomba memutihkan diri dengan berbagai produk kosmetika berlabel “whitening”.

Pada masa nenek atau Ibuku, mungkin tidak ada perempuan yang mempunyai image demikian. Jika dihitung-hitung… mungkin sejak era 80-an perlahan-lahan image cantik=putih itu mulai tertanam dalam benak remaja hingga perempuan dewasa. Tak pelak lagi, pasti ada “agen” yang berperan membawa pergeseran itu. Siapa dia?

Lalu aku membaca tulisan sahabatku yang lain: Jonas Klemens G.D. Gobang (MEDIA DI INDONESIA DALAM IKHTIAR MEMBUNGKUS TUBUH PEREMPUAN Menelanjangi Media atau (Kartini) Perempuan ?).

Aku langsung setuju dan sepakat terkait dengan peranan media massa dalam menjadikan perempuan sebagai komoditas. Karena secara sepihakpun saya selalu “menuduh” media cetak maupun elektronik sebagai salah satu “agen” sebagaimana saya sebut sebelumnya. Jika mau jujur, media cetak maupun elektronik tentu tidak dapat mengelak tuduhan itu (bahkan dakwaan sekalipun), bukan? Ya, media melalui segala pemberitaan (news), hiburan (entertainment) dan iklan (advertising) telah berperan menjejali dan secara perlahan mengubah image cantik bagi seorang perempuan Indonesia. Menjadi “cantik putih” adalah hal yang selama lebih dari satu dekade telah dengan sangat gencar ditawarkan oleh produsen kosmetika melalui iklan di berbagai media cetak dan elektronik. Gambar-gambar iklan dan skenario iklan visual televisi penuh berisi bujuk rayu bagi kaum perempuan untuk menjadi cantik putih.

Tawaran produk melalui iklan itu selanjutnya didukung oleh berbagai tayangan hiburan (sinetron, film, dll) bertabur bintang-bintang muda dan cantik nan putih yang notabene adalah wanita Indo. Sebagian besar artis iklan dan sinetron/film adalah indo. (Indo bisa diartikan sebagai keturunan dari perkawinan antara bangsa Indonesia dengan bangsa kulit putih atau orang Barat pada umumnya). Hingga akhirnya Indo yang putih dan bersih telah menjadi ikon yang ingin ditiru.

Indo yang identik dengan barat memang telah memancing pesona tersendiri. Secara historis pesona dunia barat telah ada sejak zaman kolonial. Jika di masa kolonial dahulu RA Kartini terpesona akan barat dalam hal kesetaraan, kebebasan, dan ilmu pengetahuan. Di masa sekarang, keterpesonaan kaum perempuan Indonesia pada barat cenderung lebih secara fisik.

Dan media cetak maupun elektronik telah memanfaatkan kecenderungan itu dan melalui berbagai tayangannya telah melahirkan perilaku konsumtif. Tidak hanya itu. Berbagai tayangan juga sering menggambarkan seolah-olah kecantikan adalah segalanya. Putih bak Indo menjadi target utama untuk menaikkan derajat. Wajah dan kulit putih bersih identik dengan tingkat sosial (status) yang lebih tinggi, pekerjaan yang lebih baik, dan sebagainya.

Dengan kecantikan berupa kulit putih, tinggi semampai, rambut pirang ala barat seolah-olah semua impian yang lain akan segera terwujud. Pria-pria akan mendekat bak kumbang, atau tiba-tiba muncul tawaran pekerjaan yang lebih baik, dan lain sebagainya.

Jadi menurut pendapat saya, tulisan “MEDIA DI INDONESIA DALAM IKHTIAR MEMBUNGKUS TUBUH PEREMPUAN Menelanjangi Media atau (Kartini) Perempuan ?” sesungguhnya sangat berpotensi menjadi inspirasi serta sarana introspeksi diri bagi media komunikasi sekaligus bagi masyarakat khususnya kaum perempuan (lebih khususnya perempuan Indonesia).

Media memang perlu dan harus melakukan introspeksi. Sudahkah selama ini media komunikasi telah memenuhi perannya sebagai penyampai fakta, pendidik, dan menjadi kontrol masyarakat dan kritik moral? Ataukah hanya menjadi media hiburan dan media promosi bagi produsen-produsen yang hanya mengejar target keuntungan? Dalam hal ini terutama terkait dengan “upaya” mengeksploitasi perempuan, menjadikan perempuan hanya sebagai komoditas. Sehingga akhirnya, banyak media justru menjadi sarana pemunduran kepribadian bangsa.

Bagi kaum perempuan, marilah melakukan introspeksi dan mengusahakan kesadaran bagi diri kita. Sudah terlalu jauhkah kita lari dari fitrah kita - seorang dengan kecantikan khas wanita timur. Seberapa jauh kita terlena oleh mimpi-mimpi yang ditawarkan oleh media? Misalnya mimpi akan kecantikan dan ketenaran sebagai bonusnya. Apakah oleh iklan produk kecantikan kita wanita berkulit sawo matang (tidak putih) segera saja bermimpi menjadi putih hanya dalam waktu 4 minggu? … semacam itu!

Saya setuju dengan Gobang bahwa wanita harus sadar bermedia. Menurut saya statement itu bisa juga diartikan agar wanita menyadari bahwa salah satu tujuan media adalah mencari keuntungan/profit. Dan oleh karenanya “mungkin saja” media menghalalkan segala tayangan. Salah satunya menjadikan wanita sebagai komoditas. Bukan hanya wanita sebagai pembaca/penonton yang harus menyadari hal ini. Namun juga wanita yang terlibat langsung dalam proses produksi di lingkaran media. Biarlah cita-cita Kartini terwujud, kita menjadi setara dengan kaum pria.. namun lebih melalui pikiran dan bukan tubuh kita.

PS:
Tulisan ini adalah sedikit tanggapan untuk tulisan sahabat-sahabatku yang hebat!

2 komentar:

  1. tulisanmu bagus bisa untuk menginspirasi yang lain untuk terus berpikir karena hanya dengan berpikirlah manusia menjadi manusia

    BalasHapus
  2. tulisanmu bagus bisa untuk menginspirasi yang lain untuk terus berpikir karena hanya dengan berpikirlah manusia menjadi manusia

    BalasHapus