Selasa, 11 Mei 2010

Lost in Buitenzorg


Hari itu seharusnya aku dan sahabatku turut dalam acara Jelajah Kota Toea Batavia-Buitenzorg bersama Komunitas Jelajah Budaya. Sayang seribu sayang, rute transjakarta yang membawa kami ke starting point (Museum Bank Mandiri/Stasiun Jakarta Kota) sangat padat sehingga membuat kami terlambat.

KRL yang membawa rekan-rekan Tim Jelajah baru saja meninggalkan stasiun Jakarta Kota saat kami tiba. KRL berikutyang kami tumpangi tak mampu mengejar ketertinggalan. Sampai di Buitenzorg (baca: Bogor) kami pun sudah pula tertinggal.

Tapi jiwa penjelajah tak lekang oleh kendala apapun. Tetap dengan semangat '45 kami berdua memutuskan untuk menjelajah sendiri. Kami berjalan keluar dari Stasiun Bogor mengikuti rute angkutan kota dan berjalan sekehendak kaki melangkah. Bertanya pada pejalan kaki lain untuk menemukan arah ke Kebun Raya Bogor.

Yach... kami putuskan kami akan menghirup oksigen sebanyak mungkin di zona paling hijau di Buitenzorg. Tapi semua niat berpetualang "berduaan" itu tentu tak akan sehebat itu jika kami tak membawa benda ajaib bernama "kamera"! Aku suka fotografi, banyak pemandangan indah dapat diabadikan, teman jalanku seorang yang cukup fotogenik... lengkaplah sudah!

Although we lost in the city of Buitenzorg, we still have fun!


Buitenzorg
Buitenzorg yang berarti "tanpa kecemasan" atau "aman tenteram" (wikipedia.id) adalah julukan untuk kota Bogor pada zaman kolonial Belanda. Konon Bogor (yang berarti enau) adalah tempat asal mula berdirinya Kerajaan Hindu Tarumanegara pada abad ke-5.

Namun prasasti yang ditemukan tahun 1533 menceritakan bahwa Pakwan - Ibukota Kerajaan Pajajaran terletak di Bogor dan tahun 1482 tercatat adanya penobatan Sri Baduga Maharaja Ratu Haji I Pakuan Pajajaran sebagai Prabu Siliwangi. Tanggal penobatan (3 Juni) ditetapkan sebagai hari jadi kota Bogor pada tahun 1973.

Kota di kaki Gunung Salak dan Gunung Gede ini berhawa pegunungan yang sejuk. Curah hujan di Bogor mencapai 70% per tahu. Konon hampir setiap hari di kota ini turun hujan. Itulah mengapa Bogor dijuluki "Kota Hujan".


Istana Bogor
Bersamaan dengan dibangunnya Jalan Raya Daendels (1745), Gubernur Jenderal Hindia Belanda Gustaaf Willem baron van Imhoff juga membangun Istana Bogor. Tujuan pembangunan Istana Bogor adalah sebagai tempat peristirahatan Gubernur. Kini Istana Bogor menjadi Istana Kepresidenan RI. Istana Bogor menghadirkan keunikan tersendiri dengan hadirnya rusa-rusa Nepal di halaman istana.

Bogor Botanical Garden

Pada awal abad XIX Nusantara jatuh ke tangan Inggris dan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Rafless yang berkuasa saat itu menempati Istana Bogor sebagai tempat peristirahatan.

Pada masa Rafless-lah nama Buitenzorg semakin dikenal sebagai tempat peristirahatan. Istana Bogor lalu direnovasi. Di sekitarnya dibangun taman yang kelak berkembang menjadi Kebun Raya (Botanical Garden). Ide pendirian Kebun Raya sendiri berasal dari ahli Biologi bernama Abner.

Kebun Raya Bogor kini menjadi kebun penelitian yang luasnya lebih dari 80 ha dengan 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan. Di dalam area Kebun Raya juga dapat dijumpai area pemakaman belanda dan sebuah monumen kenangan untuk istri Rafless (Olivia Rafless) yang meninggal tahun 1814 di area tersebut dan dimakamkan di Batavia. Pusat-pusat keilmuan seperti Herbarium Bogoriense, Museum Zoologi, dan IPB ada di sekitarnya.

Demikianlah sebagian perjalanan duo kami mengelilingi sebagian kota Bogor.

Kalimalang,11 Mei 2010

PS:
Tanyakan hatimu ke mana ingin pergi maka damailah adanya
Va dove ti porta il cuore (Pergilah ke mana hati membawamu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar