Hari itu seharusnya aku dan sahabatku turut dalam acara Jelajah Kota Toea
Batavia-Buitenzorg bersama Komunitas Jelajah Budaya. Sayang seribu sayang, rute
transjakarta yang membawa kami ke starting point (Museum Bank Mandiri/Stasiun
Jakarta Kota) sangat padat sehingga membuat kami terlambat.
KRL yang membawa rekan-rekan Tim Jelajah baru saja meninggalkan stasiun Jakarta
Kota saat kami tiba. KRL berikutyang kami tumpangi tak mampu mengejar
ketertinggalan. Sampai di Buitenzorg (baca: Bogor) kami pun sudah pula
tertinggal.
Tapi jiwa penjelajah tak lekang oleh kendala apapun. Tetap dengan semangat '45 kami berdua memutuskan untuk menjelajah sendiri. Kami berjalan keluar dari Stasiun Bogor mengikuti rute angkutan kota dan berjalan sekehendak kaki melangkah. Bertanya pada pejalan kaki lain untuk menemukan arah ke Kebun Raya Bogor.
Yach... kami putuskan kami akan menghirup oksigen sebanyak mungkin di zona
paling hijau di Buitenzorg. Tapi semua niat berpetualang
"berduaan" itu tentu tak akan sehebat itu jika kami tak membawa benda
ajaib bernama "kamera"! Aku suka fotografi, banyak pemandangan indah
dapat diabadikan, teman jalanku seorang yang cukup fotogenik... lengkaplah
sudah!
Although we lost in the city of
Buitenzorg, we still have fun!
Buitenzorg
Buitenzorg yang berarti "tanpa kecemasan" atau
"aman tenteram" (wikipedia.id) adalah julukan untuk kota Bogor
pada zaman kolonial Belanda. Konon Bogor (yang berarti enau) adalah tempat asal
mula berdirinya Kerajaan Hindu Tarumanegara pada abad ke-5.
Namun prasasti yang ditemukan tahun 1533 menceritakan bahwa Pakwan -
Ibukota Kerajaan Pajajaran terletak di Bogor dan tahun 1482 tercatat adanya
penobatan Sri Baduga Maharaja Ratu Haji I Pakuan Pajajaran sebagai Prabu
Siliwangi. Tanggal penobatan (3 Juni) ditetapkan sebagai hari jadi kota Bogor
pada tahun 1973.
Kota di kaki Gunung Salak dan Gunung Gede ini berhawa pegunungan yang
sejuk. Curah hujan di Bogor mencapai 70% per tahu. Konon hampir setiap hari di
kota ini turun hujan. Itulah mengapa Bogor dijuluki "Kota Hujan".
Istana Bogor
Bersamaan dengan dibangunnya Jalan Raya Daendels (1745), Gubernur Jenderal
Hindia Belanda Gustaaf Willem baron van Imhoff juga membangun Istana
Bogor. Tujuan pembangunan Istana Bogor adalah sebagai tempat peristirahatan
Gubernur. Kini Istana Bogor menjadi Istana Kepresidenan RI. Istana Bogor
menghadirkan keunikan tersendiri dengan hadirnya rusa-rusa Nepal di halaman
istana.
Bogor Botanical Garden
Pada awal abad XIX Nusantara jatuh ke tangan Inggris dan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Rafless yang berkuasa saat itu menempati Istana Bogor sebagai tempat peristirahatan.
Pada masa Rafless-lah nama Buitenzorg semakin dikenal sebagai tempat
peristirahatan. Istana Bogor lalu direnovasi. Di sekitarnya dibangun taman yang
kelak berkembang menjadi Kebun Raya (Botanical Garden). Ide pendirian
Kebun Raya sendiri berasal dari ahli Biologi bernama Abner.
Kebun Raya Bogor kini menjadi kebun penelitian yang luasnya lebih dari 80
ha dengan 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan. Di dalam area Kebun Raya
juga dapat dijumpai area pemakaman belanda dan sebuah monumen kenangan untuk
istri Rafless (Olivia Rafless) yang meninggal tahun 1814 di area
tersebut dan dimakamkan di Batavia. Pusat-pusat keilmuan seperti Herbarium
Bogoriense, Museum Zoologi, dan IPB ada di sekitarnya.
Demikianlah sebagian perjalanan duo kami mengelilingi sebagian kota Bogor.
Kalimalang,11 Mei 2010
PS:
Tanyakan hatimu ke mana ingin pergi maka damailah adanya
Va dove ti porta il cuore (Pergilah ke mana hati membawamu)
Va dove ti porta il cuore (Pergilah ke mana hati membawamu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar