Dalam sila pertama Pancasila dituliskan “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Sementara dalam Pembukaan UUD 1945, tepatnya pada alinea ke-3 tertulis “Tuhan Yang
Maha Kuasa”.
Penulisan “Maha” dalam sila pertama Pancasila maupun alinea ke-3 Pembukaan UUD 1945
termasuk ke dalam pengecualian.
Lokasi: Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, Bogor (Foto: @dwi_klarasari)
Selain pengecualian
tersebut, menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) ada 2 cara penulisan "maha" sebagaimana berikut.
Penulisannya
dipisah jika diikuti oleh kata turunan atau kata berimbuhan; dan dipakai huruf
kapital bila mengacu pada nama atau sifat Tuhan. Contoh: Maha Pengasih;
Maha Pengampun; dan Maha Pemurah.
Penulisannya dirangkai
jika diikuti kata dasar (kecuali 'esa') dan ditulis kapital untuk nama atau
sifat Tuhan. Contoh: Tuhan Maha Esa, Mahakuasa, dan Mahakasih;
mahasiswa/mahasiswi; maharupa; mahaguru; mahapatih; dan maharesi.
Untuk lebih jelas,
silakan merujuk pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) daring pada
tautan ini.
Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken
Ketika pandemi Covid-19 merebak, #DiRumahAja merupakan pilihan terbaik demi mengurangi penyebaran virus tak
kasat mata itu. Minggu-minggu pertama serasa liburan, bahkan ada gejala enggan
belanja dan memasak. Makanan lebih banyak pesan lewat aplikasi daring.
Namun, lebih dari dua bulan tinggal di
rumah ternyata menimbulkan kejenuhan. Seorang pekerja lepas seperti saya yang banyak tinggal di rumah pun merasa bosan, apalagi mereka yang sering bepergian. Bagaimana dengan teman-teman?
Beruntung, belakangan saya
temukan kegiatan baru yang menggugah semangat, yaitu memasak. Saya putuskan untuk memasak semua makanan maupun camilan yang
biasanya dibeli. Alasan utama adalah demi penghematan karena
selama pandemi pendapatan juga cenderung menurun. Alasan lain yang tak kalah penting adalah demi menghalau kebosanan sekaligus mengasah keterampilan.
Walaupun bukan jago masak, saya
suka mencoba resep baru. Karena itulah, saya instal aplikasi khusus masak-memasak di ponsel. Salah satunya aplikasi resep masakan Yummy App yang memilliki tagline “Berbagi
Resep dan Cari Inspirasi Masakan”. Yummy App memuat ribuan resep masakan,
makanan, kue dan camilan, juga aneka minuman. Tidak hanya resep masakan Indonesia, tetapi juga resep mancanegara seperti Italia, Korea, India, dan lain-lain. Tepat untuk mendukung antusiasme
saya!
Aplikasi ini relatif praktis serta
mudah sekali digunakan sehingga sangat membantu bahkan untuk para amatir
seperti saya. Mana gratis lagi! Artinya, untuk mengakses semua konten kita
tidak perlu berlangganan. Tingkat keberhasilan resep pun relatif tinggi alias
antigagal! Bagaimana tidak, konon resep di Yummy App telah dikurasi oleh para chef
handal.
Selain itu, ada sejumlah kelebihan
Yummy App yang saya
sukai. Pertama, resep memasak
bisa dipilih berdasarkan bahan yang ada di kulkas. Kedua,
resep yang disajikan relatif simpel dan mudah dicoba hanya dalam lima langkah. Ketiga,resep masakan bisa dipilih
sesuai anggaran atau porsi yang diinginkan. Yuk, simak pengalaman saya!
Pilih Resep Berdasarkan Bahan di Kulkas
Seperti kebanyakan orang, sering
kali saya suka menyimpan sayuran atau bahan mentah sebagai stok tanpa berpikir
akan dimasak apa. Asal ada stok di kulkas rasanya sudah tenang! Terlebih selama masa
pandemi ketika tidak bebas berbelanja setiap hari karena enggan melalui
berbagai protokol.
Namun, banyaknya persediaan sayuran dan bahan mentah kadang justru membuat bingung. Kelemahan memadupadankan bahan berpotensi menghasilkan masakan yang monoton. Bosan,
kan?
Dengan Yummy App saya tidak perlu
lagi galau karena bisa memilih resep dengan menyebutkan bahan yang ada.
Caranya, saat membuka aplikasi Yummy di ponsel saya masuk ke menu “Masak” yang terdapat
di bagian bawah. Saat diklik akan muncul pertanyaan ‘di kulkas ada apa?’
Nah, saya cukup
menyebut minimal dua macam bahan. Tersedia daftar A-Z aneka sayur, buah, dan
bahan lain. Misalnya, baby corn dan bakso.Selanjutnya klik tombol
“Terapkan” dan taraaa... terbukalah
sejumlah resep masakan dengan bahan dasar seperti yang telah disebut. Lihat deh, ada resep Cap Jay Bakso, Capcay
Kuah, Sop Sehat, dan sebagainya. Saya tinggal pilih mana yang paling sesuai selera.
Tangkapan layar Yummy App. saat menunjuk 2 bahan dari kulkas
Tangkapan layar Yummy App. resep hasil pencarian berdasarkan 2 bahan yang disebut
Hanya Lima Langkah dan Mudah Dipraktikkan
Seperti halnya kebanyakan resep di
internet, semua resep di Yummy App juga dilengkapi daftar bahan dan cara
memasak beserta foto-foto penunjang. Namun, ada satu lagi keistimewaan aplikasi
Yummy, yaitu “cara memasak” pada setiap resep disajikan
hanya dalam lima langkah. Setiap langkah
dilengkapi keterangan dan foto sebagai penjelas.
Selain tahapan simpel lima langkah, setiap resep juga dilengkapi prakiraan waktu memasak. Misalnya, memasak Bistik Lidah perlu 30 menit; Roll Cake Bougat perlu 90 menit; dan membuat Es Gulas Nano perlu 15 menit. Artinya, kita
bisa memilih resep sesuai dengan waktu yang kita miliki.
Sejumlah resep dengan prakiraan waktu di Yummy App.
Oya, selama masa pandemi covid-19 ini, saya dan banyak ibu rumah tangga sibuk mencari informasi cara membuat beragam camilan dan minuman penjaga imunitas. Wow, ternyata Yummy App pun sudah menyediakan kategori tersebut.
Ada resep Wedang Jahe, Minuman Rempah, Healthy Mix Juice, dan banyak lagi. Para bunda yang memiliki bayi dan balita pun boleh bersukacita. Pasalnya di Yummy App para bunda juga dapat menemukan masakan untuk sang buah hati. Semua resep disajikan dalam lima langkah.
Pilih Resep Sesuai Anggaran
Aplikasi
Yummy sangat membantu dalam menerapkan hitungan porsi dan anggaran untuk merealisasikan
sebuah resep. Habis gajian ataupun tanggal tua nih, membuat masakan lezat bukan halangan! Kok bisa?
Tentu saja bisa, karena saat hendak memilih resep kita dapat mengaktifkan "Filter Resep". Ada tiga jenis filter yang dapat diatur sesuai keinginan, yaitu filter "Harga" atau anggaran; "Durasi Memasak"; dan "Porsi".
Tangkapan layar "Filter Resep" di Yummy App.
Kita dapat mengaktifkan salah satu filter saja, tetapi sekaligus ketiganya juga bisa. Sebagai contoh, setelah menyebut bahan saya bisa mengatur filter anggaran pada angka Rp10.000-Rp100.000; durasi memasak 30-60 menit; dan
porsi untuk 7 orang. Setelah diterapkan, akan tersaji aneka resep yang mendekati prakiraan tersebut. Saya bisa pilih yang paling sesuai dengan kantong dan selera.
Satu keunikan dari Yummy App adalah kepedulian pada keterbatasan anak kos. Lihat saja, ada kategori “Menu Anak Kost” yang
rata-rata berbiaya minim, cukup simpel dan tidak memerlukan banyak alat masak. Bahkan filter harga pun bisa diatur untuk masakan senilai Rp10.000. Keren, ya?
Belajar dan Berbagi Resep
Demikian tadi pengalaman memasak yang mengasyikkan dengan aplikasi Yummy. Ribuan resep siap membantu saya berkreasi dan mendorong untuk lebih terampil memasak. Di aplikasi ini ada akun official (chef Yummy) berisi chef ternama Indonesia, seperti Chef Arnorld Poernomo juga sejumlah chef berbakat seperti Chef Gilang, Chef Nunu, dan banyak lagi. Oya, di aplikasi Yummy kita juga bisa berkomunitas, saling belajar dan berbagi resep.
Akun Chef Arnold dan sejumlah chef berbakat di Yummy App.
Tangkapan layar resep akun Chef Arnold Poernomo di Yummy App.
Siapa pun boleh bergabung dengan
komunitas Yummy dan selanjutnya dapat mengunggah resep yang sudah pernah
dipraktikkan. Uniknya, resep yang berhasil diterbitkan akan mendapat uang
sebesar Rp10.000 atau setara dengan 100 Yummy Point. Asyiknya!
Alih-alih cuma kepo pada Instagram Yummy App (@yummy.idn), saya sudah membuat akun di Yummy App dengan nama Chef Klaning. Baru menandai resep-resep favorit sih! Namun, dalam benak sudah tebersit keinginan
untuk bisa mengunggah resep kreasi saya sehari-hari.
Oleh karena itu, saya
sudah bertekad mulai sekarang sambil memasak akan mengingat untuk memotret setiap langkahnya. Sudah terbayang bakal jadi pengalaman seru. Harapannya juga bisa menambah penghasilan!
Tunggu apa lagi? Yuk teman-teman, segera unduh
Yummy App di sini dan bergabung dalam komunitas! Dengan Yummy App dalam genggaman, tidak ada lagi
istilah mati gaya saat berada di dapur.
Saya
lupa kapan persisnya terjadi. Namun, bila melihat sosok lansia tengah membayar ongkos
angkutan kota (angkot) tanpa sadar sering kali saya mengulum senyum karena
teringat kejadian tersebut.
Ketika
itu saya ada dalam satu mikrolet dengan seorang ibu yang berusia sekitar 60-an.
Ibu tersebut turun lebih dahulu. Segera setelah turun dia berjalan ke pintu
depan dan lewat jendela mengangsurkan selembar puluhan ribu kepada sopir.
"Dari
mana Bu?" tanya si sopir ramah, sebelum memberi uang kembalian.
"Oh...
dari rumah saudara saya, Nak!" jawab si ibu dengan semringah dan nada
bicaranya penuh penghargaan.
Di kota metropolitan
sudah sedikit orang asing yang bersedia memberi perhatian lebih kepada lansia.
Mungkin demikian yang terlintas dalam benak si ibu sebelum memberikan jawaban.
Namun, si sopir justru menepuk jidatnya seraya tersenyum, dan saya yang
menyimak pun jadi ikut tersenyum.
"Ibu
bercanda ya? Maksud saya, ibu tadi naiknya dari mana? Biar saya tahu berapa
harus kasih uang kembalian!" jawab si sopir dengan sabar.
Seraya
menyebut nama sebuah halte, terlihat si ibu menutup bibirnya yang menahan tawa.
Mungkin dia tersadar, gegara tidak fokus jadi ke-GR-an.
Depok, Juni 2020
NOTE:
Tulisan ini juga saya tayangkan di blog kompasiana saya Dwi Klarasari