Tugas penyuntingan cukup beragam dan berkembang sesuai material yang disunting, tetapi pada dasarnya cukup kompleks. Oleh karena itu, seorang editor dituntut untuk melengkapi dirinya dengan berbagai macam ilmu. Salah satu di antaranya yang utama adalah ilmu kebahasaan. Contoh soal, saya diminta mengedit naskah bertema arsitektur dalam bahasa Indonesia. Sekalipun naskah tersebut sesuai dengan latar belakang pendidikan saya, tetapi mustahil saya dapat menyuntingnya dengan baik dan benar jika tidak memahami kosa kata dan tata bahasa Indonesia. Artinya, apa pun latar belakang pendidikannya, tetap saja seorang editor harus membekali diri dengan ilmu kebahasaan. Termasuk di dalamnya juga tuntutan untuk menguasai bahasa asing.
Masih terkait dengan ilmu kebahasaan adalah perlunya keterampilan menulis. Sebagai editor, mau tidak mau saya harus terus-menerus belajar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan menulis. Hingga pada akhirnya mampu menghasilkan tulisan yang tidak saja sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, tetapi juga menarik minat baca. Editor dituntut pula untuk memperkaya diri dengan kosa kata, gaya bahasa, tema penulisan, dan sebagainya. Berbagai keterampilan tersebut juga perlu didukung dengan kemampuan mengolah ide/gagasan.
Seorang editor juga dituntut memiliki keterampilan atau piawai melakukan penelusuran informasi secara langsung maupun daring (online). Pengetahuan dan keterampilan lain yang juga harus dimiliki berkaitan erat dengan seluk-beluk penerbitan sebuah naskah/buku. Sangat membantu jika editor juga menguasai ilmu dan keterampilan grafis, seperti Corel Draw, Photoshop, In-Design, dan sebagainya. sebagainya.
Jadi, pemuktahiran alat kerja seperti komputer/laptop, ponsel, dan jaringan internet adalah penting. Namun, upaya peningkatan keterampilan dan kemampuan tak kasat mata merupakan sebuah keharusan.
Depok, Desember 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar