Sabtu, 30 Mei 2009

Dalam Bahasa Jawa, Mlayu Artinya Lari

Sebagian angkutan kota di Terminal Kampung Melayu (Sumber foto: Liputan6)
Ini kisah lama dari teman saya yang asli Yogyakarta, orang Jawa tulen. Sebut saja namanya Cantik! Kisahnya tentang pengalaman Cantik hari-hari pertama tinggal di Jakarta, bertahun-tahun yang lalu. Suatu ketika, Cantik berniat pergi ke toko buku Gramedia yang berada di kawasan Matraman.

Menurut petunjuk temannya, Cantik harus naik angkutan kota mikrolet bernomor 26 (M26) dari jalan raya Kalimalang sampai tujuan akhir angkot tersebut. Kemudian dia harus melanjutkan dengan naik mikrolet bernomor 01 (M01) yang akan melewati toko buku Gramedia. "Minta sama sopir angkot supaya diturunkan di Gramedia." Kira-kira demikian pesan temannya.

Keesokan harinya, pergilah Cantik ke Gramedia. Keluar dari rumah kos, dia berjalan santai menyusuri gang kecil menuju jalan raya Kalimalang. Dari kejauhan tampak olehnya mikrolet M26 yang akan ditumpanginya sedang ngetem di pinggir jalan. Alih-alih mempercepat langkah, Cantik tetap berjalan santai karena yakin sopir angkot pasti akan menunggunya.

"Melayu Mbak ... Melayu!" Teriakan sopir angkot dalam logat Batak mengagetkan Cantik. Dalam bahasa Jawa, kata "mlayu" berarti "lari". Jadi, Cantik pun mempercepat langkahnya. Meskipun demikian, si sopir angkot tetap saja berteriak, malahan terdengar makin kencang. "Ayo Mbak Melayu ... Melayu!"

Dengan sedikit kesal Cantik segera berlari. Akhirnya, dia pun duduk manis dalam angkot M26 tersebut. Sepanjang perjalanan, setiap ada calon penumpang si sopir selalu berteriak "Mlayu... Mlayu". Di antara rasa kesal yang masih tersisa, Cantik sempat merasa keheranan. Hmm, orang Batak ini tahu juga mana calon penumpang yang orang Jawa. Namun, bagaimanapun rasa kesalnya belum hilang juga seraya berpikir ‘Mengapa si sopir selalu menyuruh setiap penumpang untuk lari’; memang, mlayu dalam bahasa Jawa berarti lari.

Sepanjang perjalanan, dari dalam angkot Cantik melihat banyak mikrolet M26 lalu-lalang. Tiba-tiba dia tersenyum sendiri saat membaca tulisan pada setiap kaca angkot bernomor M26: "Kp. Melayu-Bekasi". Ealah Gusti! Pantas saja sopir angkot ini selalu berteriak "Melayu ... Melayu". Bukan menyuruh calon penumpang untuk berlari, tetapi si sopir memberi tahu jurusan angkotnya. Karena di jalur yang sama ada beberapa angkot dengan jurusan berbeda.

Cantik tertawa dalam hati teringat bagaimana dia tadi sudah berlari sampai terengah-engah karena teriakan si sopir.

Kalimalang, Mei 2009

PS:
Dear Ningsih, here is a funny story based on your experience.

2 komentar:

  1. Hahaha...kacian mbak ningsih sampe mlayu-mlayu, untung kampungnya kampung melayu, coba kalo kampung mlayu waduh bisa capek nih...mlayu-mlayu ke kampung mlayu...cape d'..!!

    BalasHapus