Jumat, 05 Juli 2013

Ketulusan dalam Berbuat Baik

Foto: klimkin, Pixabay

Pada suatu masa seseorang memberiku makanan yang tidak kusuka. Lalu kutolak dengan kata-kata paling halus dan sopan yang kupunya. Namun, dia tetap memaksa. Seorang kawan yang bersama kami berujar ‘Ayolah diterima, tidak baik menolak pemberian orang lain’. Kemudian kawan lain pun menimpali, ‘Betul! Sakit hati kita meminta tidak diberi, tetapi lebih sakit hati jika memberi tidak diterima’.

Ujaran kawan tersebut begitu mengejutkan dan terasa menohok. Entah bagaimana, lalu kupikir ada benarnya juga. Sepertinya kurang manusiawi menolak kebaikan hati orang.

Namun di kemudian hari, lebih banyak pengalaman ternyata mengajarkan perihal perspektif lain dalam memberi dikaitkan dengan kebaikan hati.

Banyak orang yang merasa telah berbuat baik justru menjadi sakit hati atau kecewa karena merasa kebaikannya tidak dihargai, ditolak, tidak diacuhkan, dan sebagainya. Mungkin saja kita sering merasa sudah melakukan hal-hal baik untuk saudara, keluarga, sahabat, orang lain, komunitas, dan lain-lain, tetapi berakhir dengan rasa sakit hati karena kebaikan kita tidak diterima dengan baik sebagaimana yang kita harapkan.

Jika direnungkan, ternyata sakit hati atau apa pun sebutannya, terjadi karena sadar atau tidak, ada sebuah harapan/keinginan dari lubuk hati kita yang terdalam bahwa kebaikan kita akan diterima dengan baik dan penuh rasa terima kasih oleh si penerima.

Konon, keinginan agar kebaikan kita diterima adalah salah satu tanda ketidaktulusan kita dalam berbuat baik. Berbuat baik atau memberi bantuan (benda atau yang lain) haruslah dengan ketulusan.

Ketulusan adalah kesungguhan dan keikhlasan dari lubuk hati yang jujur.
Kebaikan yang sungguh tulus tidak mengharapkan balasan apa pun.
Bahkan sekadar sebuah harapan bahwa kebaikan itu akan diterima.
Tidak pula untuk sekadar mendengar ucapan terima kasih.

Di dunia ini semua bersifat relatif, termasuk kebaikan.
Baik menurut kita belum tentu baik bagi orang lain. 
Namun tetaplah berbuat baik dari hati tulusmu.


Depok, 5 Juli 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar