NASREDDIN, A Man with Thousands Ideas (Kanisius, 1995)
Ketika musim kemarau berlangsung sangat panjang, sebagian besar sumur menjadi kering. Suatu hari, Nasreddin menyuruh anak laki-lakinya untuk mengambil air di pancuran alami. Nasreddin menyerahkan sebuah guci pada anaknya. Kemudian Ia menampar muka anaknya sambil berkata, ”Hati-hati, jangan Kau pecahkan guci ini!” Anak laki-laki itu menangis dan pergi untuk mengambil air.
Salah seorang tetangga Nasreddin melihat kejadian tersebut. Ia merasa kasihan pada anak laki-laki itu. Ia mendekati Nasreddin dan menegurnya, “Nasreddin, anak lelakimu adalah anak yang baik. Mengapa kamu menamparnya?”
“Supaya Dia tidak memecahkan guci yang kuberikan!” jawab Nasreddin.
“Kamu tidak bijaksana! Guci itu belum pecah, tetapi Kamu sudah menamparnya.”
“Kamu salah,” Nasreddin menjawab, “Jika aku menampar setelah Dia memecahkan guci itu – seperti yang biasa dilakukan oleh orang lain, itu sudah sangat terlambat. Dan tidak ada gunanya mengerjakan sesuatu yang sudah terlambat.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar